Parungpanjang Menangis, Jeritan Warga dalam Musik Dangdut

jagasira
0

Unjuk Rasa/ANTARA
WARGA yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Jalur Tambang menggelar aksi teatrikal saat berunjuk rasa di depan gerbang kantor Pemkab Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, Juli 2018 lalu. Warga dari tiga kecamatan yaitu Parungpanjang, Rumpin dan Gunungsindur menuntut pemerintah Kabupaten Bogor segera membuat jalur tambang khusus di wilayahnya, karena truk tambang yang kerap melintasi jalan raya tersebut dianggap warga sekitar memiliki dampak buruk bagi kesehatan seperti gangguan infeksi saluran pernapasan akut (ispa) dan kesehatan kulit.*
SEORANG perempuan bersepatu wedges hitam yang terkesan formal dan masih terlihat baru, melangkah perlahan melewati lumpur tebal di tengan jalan raya. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa kesal saat keluar dari pintu mobil dan melihat kondisi jalan yang rusak.
Perempuan berkerudung dengan setelan baju resmi itu kemudian bernyanyi diiringi musik dangdut, mengungkapkan kekesalannya. Adegan tersebut bukan sekedar dramatisasi dalam video musik, namun mewakili keluhan warga terdampak jalan rusak di wilayah utara Kabupaten Bogor.
Video tersebut diunggah di channel YouTube bernama Kang Didichanel sejak Sabtu, 4 Agustus 2018, pekan lalu. Lagu berjudul "Parungpanjang Menangis" itu dibuat khusus oleh warga Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor untuk mengungkapkan keluhannya terhadap jalan rusak.
Penyanyi sekaligus model video klip itu adalah Kepala Desa Parungpanjang Hj Nina Kurniasih. Ia menyadari, warganya sudah banyak mengeluhkan kondisi tersebut melalui berbagai macam aksi, mulai dari unjuk rasa hingga memblokade jalan dari truk-truk pengangkut hasil tambang pasir.
Namun, ia merasa belum pernah ada yang menyampaikan keluhannya melalui kreasi musik. "Buat saya, ini yang pertama. Lagu ini dibuat sudah lama sebenarnya, dari tahun 2017. Tapi baru dibuat video klipnya," kata Nina, Selasa, 7 Agustus 2018. Video tersebut sengaja disebarkan di dunia maya agar dapat dilihat masyarakat luas.
Selama puluhan tahun lamanya, aktivitas pertambangan pasir berlangsung di kecamatan tersebut. Mobilitas kendaraan pengangkut hasil tambang yang melewati Kecamatan Rumpin, Gunung Sindur dan Parungpanjang dituding menyebabkan jalan rusak hingga polusi udara.
Kreasi musik dan video buatan warga diakui tidak secara langsung mengkritisi pihak manapun. Menurut Nina, lagu tersebut hanya mengungkapkan keluhan warganya.
"Kan kalau ke dokter menyampaikan keluhan dulu nanti dokter yang menganalisis keluhan dan pemberian obatnya. Kira-kira begitu (analoginya)," kata dia.
Nina berharap upaya tersebut bisa menarik perhatian masyarakat luas dan pemerintah sehingga menggerakkan mereka untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terdampak. Ia pun mengajak warga lainnya untuk melakukan cara serupa dan menghindari anarkisme yang dapat menimbulkan konflik horisontal.
Selama ini, warga di tiga kecamatan itu telah melakukan berbagai cara untuk memprotes aktivitas pengangkut tambang. Mereka berharap pemerintah membuat jalur khusus tambang sehingga mobilitas kendaraan pengangkut tambang tidak merusak jalan yang digunakan warga.

Pembatasan operasional truk

Terakhir, kelompok masyarakat yang menamakan diri Aliansi Gerakan Jalur Tambang berunjuk rasa di halaman kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Bogor pada pertengahan Juli 2018 lalu. Selain jalur tambang, mereka menuntut pemerintah membatasi operasional truk tambang hanya pada pukul 20.00-4.00.
Ketua Umum AGJT Junaedi Adhi Putra mengaku terus menggalang dukungan dari warga di tiga kecamatan terdampak. Gerakannya selama ini menimbulkan pro dan kontra karena banyak di antara warga menggantungkan hidupnya dari aktivitas pertambangan.
Junaedi berdalih, gerakannya itu untuk kepentingan bersama. Ia pun berusaha meyakinkan masyarakat yang mendukung aktivitas pertambangan melalui sosialisasi dan diskusi. Aksi mereka pun mulai menggunakan video yang disebarkan di media sosial.
Video-video tersebut umumnya berisi orasi, puisi hingga lagu dengan menampilkan foto-foto jalan rusak. "Mereka membuat video pendek yang mengkritisi kegiatan pertambangan," kata Junaedi. Mereka juga menjual kaus berisi protes terhadap aktivitas pertambangan sekaligus menggalang dana kegiatannya.
Hingga saat ini, warga masih menunggu tindakan pemerintah untuk menyelesaikan permasalah mereka. AGJT bahkan mengancam kembali memblokade jalan dari truk tambang apabila tidak kunjung ada tindakan dari pemerintah daerah, provinsi maupun pusat.

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)